RAMADHAN BERSAMA KELUARGA
Ramadan merupakan bulan yang sangat mulia,bulan yang penuh
keberkahan didalamnya. Semua pahala ibadah dilipat gandakan di bulan ramadhan,
juga ada pengampunan dosa untuk para hambaNYA. Maka sepatutnyalah kita semua
berlomba untuk kita panen pahala, memohon ampunan dosa. Namun sebagai seorang muslim kita tidak boleh
bersikap egois, memikirkan diri sendiri
.
Allah berfirman
Surat at tahrim : 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“wahai para manusia, jagalah dirimu dan keluargamu dari
siksa api neraka..”
Sehingga jika kita ingin masuk surga ya.. masuk surga
bareng, dan jaga keluarga kita bersama-sama dari siksa neraka. Terkhusus ketika
Ramadhan tiba, perlu kita lebih memperhatikan keluarga kita agar bersama-sama
sukses menempuh ramadhan. Mencapai derajat seperti yang Allah firmankan yaitu
menjadi orang yang bertaqwa.
Surat al baqoroh : 183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
Jadi Ramadhan
itu bukan sekedar kita sahur bersama keluarga, berbuka puasa bersama keluarga
saja. Namun membuat kita dan keluarga kita menjadi lebih bertaqwa kepada Allah
ta’ala.
Bagaimana
caranya?
Jika ingin
sukses maka contohlah Rosulullah ﷺ, karena beliau ﷺ
adalah orang yang paling bertaqwa.
HR. Bukharri
Rosulullah ﷺ
bersabda :
إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ
بِاللَّهِ أَنَا
“Sesungguhnya
yang paling bertaqwa kepada Allah adalah aku”.
Sebagai kepala
keluarga, beliau adalah contoh yang paling baik untuk keluarganya. Sebagai
pemimpin, beliau adalah contoh yang paling baik untuk rakyatnya. Sebagai
panglima perang, beliau adalah contoh yang paling baik untuk prajuritnya.
Disetiap sisi kehidupan, beliaulah contoh terbaik.
Hr Tirmidzi
beliau menyatakan sahih.
Rosulullah ﷺ
bersabda
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا
خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
“Manusia yang terbaik adalah yang baik pada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik pada keluargaku”.
“Manusia yang terbaik adalah yang baik pada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik pada keluargaku”.
Bagaimana
potret Rosulullah ﷺ
terhadap keluarganya di bulan Ramadhan?
1.Mengajari dan
mendidik keluarganya
Hr Tirmidzi
dinyatakan hasan sahih oleh beliau
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau
bertanya kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟
قَالَ: قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي “
Wahai
Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam merupakan lailatul qadar, apa yang
harus aku ucapkan di malam itu? Beliau menjawab: Ucapkanlah: ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN…
Beginilah
Rosulullah ﷺ
mengajarkan bagaimana yang harus dilakukan ketika masuk dibulan ramadhan kepada
keluarganya. Maka kita harus mengajarkan kepada keluarga kita tentang apa yang
harus dilakukan di bulan ramadhan, amalan apa saja, larangan apa saja. Ajarkan
anak tentang ‘Tujuan dari Puasa’ itu apa? Sehingga anak itu tahu apa makna dari
puasa, bukan Cuma sekedar tidak makan dan minum saja.
Salah satu
contoh mendidik adalah memberikan keteladanan, dan Rosulullah ﷺ
adalah teladan yang utama.
Aisyah ra
bercerita
كَانَ
رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ أَيْ: اَلْعَشْرُ
اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ
أَهْلَهُ
“Rosulullah ﷺ
jika telah masuk 10 hari terahir beliau mengecangkan ikat pinggang,
menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya”.HR. Bukhari.
Mengecangkan
ikat pinggang maksudnya menghindari untuk berhubungan badan dengan istrinya.
Menghidupkan
malam, Rosulullah ﷺ
sholat malam terus tidak tidur jika telah memasuki 10 hari terahir. Beda dengan
hari-hari sebelum 10 malam terahir, Beliau masih ada tidurnya.
Membangunkan
keluarga, Rosulullah ﷺ
juga mengajak keluarganya untuk beribadah.
Sehingga itulah
yang dilakukan Rosulullah ﷺ, tidak Cuma memberikan contoh saja tetapi juga
mengajak keluarganya. Bahkan saking perdulinya kepada keluarga, Rosulullah ﷺ
sampai mengorbankan ibadah sunnah untuk mendidik Keluarganya.
HR. Bukhari
Suatu saat nabi
berniat akan i’tikaf dan itu diketahui oleh istri-istrinya. Maka salah satu
istri Rosulullah ﷺ
ikut i’tikaf dengan membikin tenda di masjid, tak lama kemudian beberapa
istrinya ikut membikin tenda lagi. Maka ketika Rosulullah datang berkata “ Ada
apa ini?”. Maka karena itu Rosulullah ﷺ i’tikaf di 10 hari di bulan
syawal.
Maka dijelaskan
bahwa ini adalah tenda-tenda istri beliau. Maka Rosulullah ﷺ
bersabda “Apakah kalian benar-benar ingin
mendapatkan pahala?”. Maka nabi ﷺ pun tidak jadi i’tikaf.
Para ulama
manafsirkan bahwa nabi ﷺ
melakukan hal tersebut agar semua istrinya tidak jadi i’tikaf. Hal itu untuk
mendidik keluarganya, agar niat i’tikafnya rusak karena tidak dilakukan karena
Allah.
Inilah cara
Rosulullah ﷺ,
ketika ada dua amalan yaitu wajib dan sunnah berbenturan, maka beliau ﷺ
mengalahkan yang sunnah dan mendahulukan yang wajib. Wajibnya adalah mendidik
keluarganya, dan sunnahnya adalah i’tikaf.
2.Tetap
romantis dan harmonis di bulan Ramadhan
Rosulullah ﷺ
tetap menjaga hubungannya secara romantis dengan istri-istrinya. Allah
berfirman dalam surat al baqoroh ayat 187 :
أُحِلَّ
لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari
bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu”
Di saat 10 hari terahir, nabi ﷺ menghindarinya. Tapi ini bukan berarti
berhubungan intim di malam hari itu dilarang, namun biasanya jika sehabis
melakukan hubungan tersebut, kita akan merasa malas dan mengantuk. Malas
melakukan ibadah-ibadah.
Bukan Cuma malam hari, di siang
haripun Rosulullah ﷺ romantis.
Hr bukhari
كان رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُقَبِّلُ وهُو صَائِمٌ
وَيُباشِر وَهُو صَائِمٌ ولَكِنَّه كَان أَملَكَكُم لأَرَبِه
Aisyah ra berkata “Rosulullah ﷺ biasa mencium istrinya, bercengkrama
dengan istrinya dalam keadaan beliau berpuasa. Dan Rosulullah ﷺ adalah yang paling kuat dalam menahan nafsunya”.
Jadi dibolehkan bagi kita mencium
istri kita saat sedang berpuasa, seandainya hal itu tidak menimbulkan syahfat.
Saat i’tikafpun itu tak menghalangi
romantisme Rosulullah ﷺ terhadap istrinya.
أَنَّ
صَفِيَّةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ
أَنَّهَا جَاءَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَزُورُهُ فِي اعْتِكَافِهِ فِي الْمَسْجِدِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ فَتَحَدَّثَتْ عِنْدَهُ سَاعَةً ثُمَّ قَامَتْ تَنْقَلِبُ فَقَامَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَهَا يَقْلِبُهَا حَتَّى إِذَا
بَلَغَتْ بَابَ الْمَسْجِدِ عِنْدَ بَابِ أُمِّ سَلَمَةَ
Shofiyah ra pernah mengunjungi Rosulullah ﷺ saat beliau sedang i’tikaf di 10 hari
terahir. Kemudian shofiyah berbincang-bincang dengan Rosulullah sesaat. Kemudian
dia bangkit pulang, lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam ikut bangkit
mengantarkannya. (HR. Bukhari Muslim).
Rosulullah ﷺ disisiri rambutnya
Aisyah ra bercerita :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصْغِي إِلَيَّ
رَأْسَهُ وَهُوَ مُجَاوِرٌ فِي الْمَسْجِدِ فَأُرَجِّلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ . وفي
رواية للبخاري ومسلم : (فَأَغْسِلُهُ) . وترجيل الشعر تسريحه
“Adalah Nabi SAW menyorongkan kepalanya kepadaku saat beliau
i’tikaf di masjid, lalu aku sisir. dan saat itu aku sedang haid.” (HR. Bukhari-Muslim) Dalam
riwayat Muslim, ‘Lalu aku mencucinya.
*)Dirangkum dari kajian Ustadz
Abdullah Zaen
Post a Comment