KESHOLIHAN ORANG TUA, MODAL UTAMA
Silsilah No. 5
Kesalihan jiwa dan
perilaku orangtua mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk kesalihan
anak. Sebab ketika si anak membuka matanya di muka bumi ini, yang pertama kali
ia lihat adalah ayah dan bundanya. Manakala ia melihat orangtuanya berhias
akhlak mulia serta tekun beribadah, niscaya itulah yang akan terekam dengan
kuat di benaknya. Dan insyaAllah itupun juga yang akan ia praktekkan
dalam kesehariannya. Pepatah mengatakan: “buah tidak akan jatuh jauh dari
pohonnya”. Betapa banyak ketakwaan pada diri anak disebabkan ia mengikuti
ketakwaan kedua orangtuanya atau salah seorang dari mereka. Ingat karakter
dasar manusia, terutama anak kecil, yang suka meniru!
• Beberapa contoh
aplikasi nyatanya
Manakala kita
menginginkan anak kita rajin untuk mendirikan shalat lima waktu, gamitlah
tangannya dan berangkatlah ke masjid bersama. Bukan hanya dengan berteriak
memerintahkan anak pergi ke masjid, sedangkan Anda asyik menonton televisi.
Jika Anda berharap
anak rajin membaca al-Qur’an, ramaikanlah rumah dengan lantunan ayat-ayat suci
al-Qur’an yang keluar dari lisan ayah, ibu ataupun kaset dan radio. Jangan
malah Anda menghabiskan hari-hari dengan membaca koran, diiringi lantunan
langgam gendingan atau suara biduanita yang mendayu-dayu!
Kalau Anda
menginginkan anak jujur dalam bertutur kata, hindarilah berbohong sekecil
apapun. Tanpa disadari, ternyata sebagai orang tua kita sering membohongi anak
untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru
pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak jalan-jalan
mengelilingi perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya
dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengatakan,
“Bapak hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya. Sebentaaar saja ya sayang…”.
Tapi ternyata, kita malah pulang malam!
Dalam contoh di
atas, sejatinya kita telah berbohong kepada anak, dan itu akan ditiru olehnya.
Terus apa yang
sebaiknya kita lakukan? Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan
lembut dan penuh kasih serta pengertian, “Sayang, bapak mau pergi ke kantor.
Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo bapak ke kebun binatang, insyaAllah kamu
bisa ikut”.
Kita tak perlu
merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini. Pastinya akan
membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya
mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang
tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita perlu bersabar dan melakukan
pengertian kepada mereka secara terus menerus. Perlahan anak akan memahami
mengapa orangtuanya selalu pergi di pagi hari dan bila pergi bekerja, anak
tidak bisa ikut.
Anda ingin anak
jujur? Mulailah dari diri Anda sendiri!
Semoga Allah
senantiasa meridhai setiap langkah baik kita, amien…
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga,15 Rabi’uts Tsani 1434 / 25 Februari 2013
Post a Comment