MENDIDIK ANAK DALAM KANDUNGAN
MENDIDIK ANAK DALAM KANDUNGAN[1]
Mendidik anak dari dini bukanlah
dimulai sejak dia baru lahir. Namun semenjak ia masih berada dalam kandungan.
Bahkan sejak pertama kali memilih pasangan hidup pun, itu juga akan menentukan
keberhasilan kita dalam mendidik anak.
Di saat janin dalam rahim berumur
120 hari, sejatinya ia telah bernyawa. Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam menjelaskan,
"إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِى بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ فِى ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ
فِى ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ".
“Sesungguhnya setiap orang berada di
dalam perut ibunya (berbentuk mani) selama empat puluh hari. Kemudian berubah
menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari). Kemudian berubah menjadi
sekerat daging selama itu juga. Lalu diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya”.
HR.
Bukhari dan Muslim dari Ibn Mas’ud radhiyallahu’anhu.
Jadi, berdasarkan hadits di atas,
setelah lewat 4 bulan, janin dalam perut sudah hidup. Lalu penemuan-penemuan
ilmiah membuktikan bahwa janin sebelum lahir mampu merespon stimulasi edukatif
yang diberikan kepadanya.
Jadi, dari pra lahir kita sudah bisa
mendidik anak kita. Caranya antara lain dengan:
1. Memperbanyak doa.
Para nabi ‘alaihimussalam juga
orang-orang salih selalu mendoakan anak-anak mereka sejak dalam kandungan.
Misalnya: Nabi Ibrahim [QS. Ash-Shâffât (37): 100] dan Nabi Zakariya [QS. Ali
Imran (3): 38].
2. Tekun beribadah.
Tidak ada salahnya, manakala orang
tua akan menjalankan aktifitas ibadah, seperti shalat, bersedekah, berdzikir,
berpuasa atau yang lainnya, ia menyapa anaknya yang ada di dalam perut.
Contohnya: “Sabar ya nak, sekarang kita sedang berpuasa!”.
3. Merutinkan membaca al-Qur’an.
Bukan hanya membaca al-Qur’an, lebih
baik lagi jika orang tua melatih diri untuk menghapal al-Qur’an semampunya.
Sehingga diharapkan manakala ia banyak melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an,
anak yang berada dalam janin ikut merekam bacaan orang tuanya. Sehingga kelak
saat lahir anak telah memiliki ‘bekal’ hapalan al-Qur’an.
4. Bertutur kata yang baik.
Biasakanlah untuk senantiasa
berbicara dengan santun dan baik. Semoga dengan demikian anakpun akan tertular
dengan perilaku positif tersebut.
Pendek kata, manfaatkanlah setiap
detik dalam kehidupan kita untuk mendidik anak kita, tanpa kenal lelah dan
pantang menyerah. Sejatinya kesuksesan besar itu sangat ditentukan dengan
langkah pertama yang baik.
Selamat mempraktekkan!
@ Pesantren “Tunas
Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga,26 J Ula 1434 / 7 April 2013
[1]
Diringkas oleh Abdullah Zaen, Lc., MA dari buku “Mencetak Generasi Rabbani”
karya Ummu Ihsan Choiriyyah dan Abu Ihsan al-Atsary (hal. 35-39).
Post a Comment